A Year in Books - You are a badass :

Writing this while listening to Spotify's playlist - Terbaik 2000an (lol). 

Source : Amazon
You are a badass by Jen Sincero adalah salah satu buku yang paling banyak masuk reading list beberapa influencer dunia. Banyak alasan kenapa harus membaca buku ini. Mulai dari alasan yang sangat klise sampai yang bisa dijelaskan secara logika. 

Hal pertama yang membuat saya tertarik untuk "membeli" buku ini kebetulan sama saat saya memilih buku The Subtle Art of Not Giving a Fuck , yaitu karena warna cover buku yang terlalu "pengen dibeli". Haha, visual problem! Kuning terlalu menarik untuk dilewatkan. 

In a nutshell : Buku ini mencoba untuk menjelaskan kenapa kita selalu memiliki banyak alasan untuk menunda pekerjaan/cita-cita dan semua desire hidup. Memaparkan banyak konsep tentang kenapa selalu merasa kurang beruntung jika  dibandingkan dengan orang lain. Seperti judul bukunya how to stop doubting your greatness and start living an awesome life. Intinya semua berawal dari kepercayaan yang kita tanamkan dalam pikiran sendiri. Definisi kepercayaan ini seperti : "Dia anak yang boring" , alhasil orang tersebut akan selalu terkesan boring walaupun dia sudah do the best, atau sampai loncat jurang sekalipun (haha)". 

Baca buku ini bukan berarti kita desperately kurang bahagia dan menderita. HAHA. Semakin banyak mencoba untuk mengerti diri sendiri dan orang lain dari sudut pandang berbeda akan membantu dalam banyak hal. Lebih calm, tidak mudah tersinggung, dan yang terpenting semakin tau bagaimana untuk mempelajari wants dan needs diri sendiri dan orang lain. Mulai dari diri sendiri dahulu, baru memikirkan orang lain. hahaha makin berumur makin dewasa (ceilah). 

Seperti books review yang lain, berikut adalah beberapa part yang saya suka dari buku ini : 

The subconscious mind believes everything because it has no filter, it doesn't know the difference between what's true and what's not true

Buku ini menjelaskan konsep subconscious mind, yaitu bagian pikiran bawah sadar yang selama ini men-drive setiap "kepercayaan" yang kita yakini. Hal ini berbeda dengan conscious mind yang bisa dibuktikan dengan logika, seperti teori-teori yang kita dapatkan di sekolah atau setelah berdiskusi panjang dengan mentor-mentor hebat ber IPK 4 (kidding). Contohnya : orang gendut yang pakai baju merah suka kasih kado, pernikahan itu mengerikan karena XXX, tidak ada anggota keluarga dirumah yang bisa bikin usaha sendiri, dll. 

Hal tersebut kadang tidak disadari masuk kedalam pikiran dan diresapi dengan maksimal. Seperti anak bayi, mereka tidak tau yang baik dan benar. Jika orang tua atau orang yang mereka percaya memberikan arahan untuk melakukan sesuatu, kemungkinan besar akan mereka kerjakan. Rata-rata "kepercayaan" ini kita dapatkan sejak kecil. Jadi dari sekarang harus hati-hati ngomong ke anak kecil, secara tidak langsung mereka akan yakin dan percaya apa saja yang kita dikte. Mungkin tidak sekarang, tapi saat mereka dewasa. Kepercayaan tersebut yang membedakan anak X dan Y, balik lagi ke konsep everyone is unique. Family background itu benar-benar akan men-influence pola pikir seseorang. Bahkan sampai dia memiliki keluarga dimasa depan, seperti beberapa kisah yang saya review di 5 Love Languages. (tiba-tiba semua buku jadi nyambung haha)

Ada kisah di buku tersebut yang menarik, kalau sampai seorang suami udah bingung gimana menyelesaikan masalah sama istrinya. Cara paling gampang adalah, tanya orang tua istri sendiri bagaimana mereka menyelesaikan masalah tersebut. Mungkin ini termasuk teori lama, seiring berkembangnya jaman banyak beberapa "kepercayaan" yang bisa diubah. Balik lagi ke pribadi masing-masing. 

You need to raise your frequency to match the vibration of the one you want to tune into

Bagian yang paling saya suka adalah part ini. Author menggunakan istilah Universe untuk menggambarkan keyakinan  (re : Tuhan, sang pencipta, sang surya dan berbagai keyakinan lainnya). Hal yang membuat kita tertarik terhadap seseorang/things karena energi yang dipancarkan oleh orang tersebut. Kalau temen-temen membaca buku Original, disana dijelaskan bahwa Energy is contagious. Energi itu mengalir. Jika kita memancarkan energi yang lemah seperti baper tanpa arah, pesimis, iri hati, pemalu, terlalu cemas, atau tidak PD maka jangan pernah expect untuk mendapatkan energi yang tinggi dalam hidup seperti perasaan bahagia, kenikmatan tiada tara, dll. 

Simple nya, kita akan mendapatkan sesuatu sesuai dengan besar usaha yang kita keluarkan. Jika diibaratkan dalam relationship, apabila kita adalah orang yang lemes, lesu atau pemalas maka jangan pernah berharap untuk mendapatkan seseorang yang cheerful, smart dan hal-hal menarik lainnya. 

Quote dari buku ini adalah : 
Which is why when you are vibrating at a high frequency, awesome things seem to flow to you effortlessly and you seem to stumble over the perfect people and opportunities all the time (and vice versa)

Saya jadi banyak belajar tentang "energi" dibuku ini. Energy is contagious. 

Another quote is : 
You have got to believe that everything you want is available to you.

Sesuai pepatah orang bijak, kita bisa mendapatkan apa saja yang kita mau jika kita mau berjuang untuk itu. Ikhlas mengorbankan X untuk mendapatkan Y. Seberapa "mau" dan seberapa "ikhlas". Definisi pengorbanan juga banyak, seperti waktu untuk berlibur yang berkurang, waktu untuk tidur siang yang hilang, waktu bersama keluarga, dan berbagai jenis waktu lainnya. 

The more time you spend in the moment, the richer your life will be

Nikmati apa yang kita punya saat ini. Maksimalkan semua waktu, moment dan peluang yang ada. Berusaha untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta. Semakin dekat dengan sang pencipta maka akan semakin besar tingkat energi yang kita punya. Alhasil, akan semakin dekat dengan setiap harapan dan cita-cita. Bagian ini benar-benar menjelaskan tentang rasa syukur (kalau dibaratkan ke ajaran agama). Bagaimana kita respect terhadap barang atau sesatu yang kita miliki saat ini. Terlalu banyak orang-orang yang pusing masa depannya akan cerah atau tidak, sehingga membuat lupa untuk menikmati kehidupan yang sedang berlangsung saat ini. Semoga kita semua selalu ditunjukkan jalan yang lurus. Amin yarabbal alamin.

------------
Banyak cerita seru dibuku ini. Apalagi cerita kisah 2 orang sahabat yang salah paham hanya karena tidak berani bertanya. Yang satu terlalu banyak mikir dan pikiran negatif, sedangkan yang satunya langsung letting go dengan cepat. Kebanyakan mikir kadang menjadi mala petaka dalam sebuah relationship (friendship). Belajar untuk respect diri sendiri memang tidak mudah, semuanya membutuhkan waktu. Tapi lebih baik mencoba speak up dari pada tertekan lahir dan batin. Banyak loh orang diluar sana yang emang template wajahnya terkesan happy-happy aja. Banyak juga tipe orang yang seolah-olah kok kesannya kita agak kurang ajar gitu ya? Padahal sudah jelas-jelas orang tersebut yang terlalu banyak negatif thinking dan menyimpulkan sendiri tanpa mencoba mencari penjelasan. 

You have to change your thinking first, an then the evidence appears. Our big mistake is that we do it the other way around. We demand to see the evidence before we believe it to be true. 


Semua topik dan pertanyaan-pertanyaan diatas dibahas di buku ini. Menarik kan! Hal yang paling menarik dibuku ini adalah cara author menjelaskan konsep/teori/case study. Semuanya dalam bullet points , bukan karangan indah dalam bentuk paragraf. Jadi tidak usah takut kehilangan arah dalam baca buku ini. Super simple yet meaningful. 

Di dalam buku ini juga dijelaskan alasan ilmiah kenapa kita tiba-tiba bisa kesal/kurang suka/bad mood/se-bete-itu ketika bertemu dengan salah seorang teman/siapa pun itu. Intinya, urat leher kayak mau putus aja kalau sudah lihat bayangan/bertemu orang tersebut. Secara teori, hal ini disebabkan karena kita terlalu takut untuk melihat bayangan diri sendiri. Jangan pernah merasa sedih ketika ada orang lain yang tiba-tiba marah tanpa arah. People act poorly because they are in pain. Pain serves a purpose.Banyak banget ya tipe kepribadian diluar sana. Makanya, semakin kita berusaha untuk pleased everyone, akan semakin amsyong dan tidak akan pernah ada ujungnya.

Love your self 
(seriously, the author always write that sentence at the end of her bullet points)

Honestly, buku ini super bagus banget untuk dibaca. Tidak terlalu susah dimengerti. 
8 out of 10! 

Thankyou for reading, see you on the next book's review : Principles by Ray Dalio 
Read another reviews by click this link A Year In Books



Novella





No comments:

Post a Comment

Instagram